HOT...!!!

abg

Peju gue nyemprot di mulutnya ahhh

Telpon diangkat, suara cewek menyapa dari seberang sana. Waktu gue tanya nama temennya temen gue, dijawab nggak ada. Rupanya salah sambung. Entah temen gue yang salah ngasih nomor, entah gue yang salah catet. Yang pasti, karena gue ngerasa cewek penerima telepon itu nggak mau buru-buru mutusin hubungan, gue juga nggak langsung nutup telpon. Pendek kata, terjadilah perkenalan dan dialog yang cukup panjang. Gue jadi tau dia tinggal di daerah Lebak Bulus sama pembantu, adik perempuan dan anak ceweknya. Erni, begitu namanya, berumur 36 tahun, dan udah lama menjanda.Telepon salah sambung itu berlanjut dengan pertemuan. Sebab, Erni bilang lebih enak ngobrol langsung, jadi dia minta gue datang ke rumahnya, saat itu juga. Nggak peduli dengan tugas kuliah, buru-buru gue tancap gas ke Lebak Bulus. Sampai di sana Erni sudah menyambut, cuma memakai daster, seperti yang tadi dia bilang di telpon.Setelah berkenalan, Erni mengajak masuk ke ruang tamu. Dia tanya, gue mau minum apa? Seperti biasa, gue minta kopi. Sambil nunggu Erni bikin kopi, gue memperhatikan suasana rumah. Di ruang tengah yang bersebelahan dengan ruang tamu cuma ada pembantunya lagi asyik nonton TV bersama adik perempuan Erni.Nggak lama Erni keluar membawa secangkir kopi panas. Waktu naruh cangkir kopi di meja, badannya membungkuk, dan karena dia nggak pakai BH, tanpa tedeng aling-aling gue menyaksikan dua gunung putih indah tergantung di dadanya, seperti mau jatuh ke lantai. Tapi nggak lama, karena ia segera berdiri dan langsung duduk. Kami lalu ngobrol akrab, nerusin omongan di telepon tadi. Di tengah pembicaraan, saya minta diambilin segelas air putih karena leher ini terasa seret. Mungkin karena selama ngobrol gue terus-terusan ngebayangin teteknya yang indah itu. Apalagi, pembicaraan mulai nyerempet-nyerempet ke sana.Sekali lagi, waktu naruh gelas di meja, gue menyaksikan keindahan "buah menggelantung" di dadanya. Kali ini gue nggak tahan lagi. "Sebenernya sih sekarang yang paling enak minum susu, tapi adanya cuma air putih ...," kata gue. Dia langsung sadar apa yang terjadi. Refleks tangannya menutupi dasternya. Sambil senyum dia bilang, "Susunya ada, tapi cuma buat Inggrid (nama anaknya) ..." Gue makin berani, "Kalo gitu, gue mau pinjem sama Inggrid, pasti dikasih. Mana dia?"Rupanya si gadis cilik sudah tidur. Gue makin nekat dan memaksa, "Tolong bangunin deh, gue ngomong sebentar mau pinjem botol susunya, nanti dia juga tidur lagi ..."Erni ketawa, tapi tampaknya tau kalo gue udah ngebet sama dia. Nggak lama kemudian, dia pindah duduk ke samping gue. Lalu bicara pelan seperti berbisik, "Beneran mau pinjem sama Inggrid?" Gue menggangguk dan langsung berdiri. Dia juga berdiri dan ngajak gue masuk. Di ruang tengah cuma ada adik perempuan Erni sendirian asyik nonton TV sambil tiduran di karpet. Pembantunya rupanya udah tidur duluan.Erna, begitu nama adik Erni, udah nikah, belum punya anak, tapi lagi pisah ranjang sama suaminya. Dia lebih cantik dan sexy dibanding Erni. Apalagi dengan busananya malam itu: singlet tipis tanpa BH memperlihatkan pentilnya dan short super pendek yang memamerkan keputihan, kemulusan, dan kepadatan pahanya. Erna nggak keliatan risih, atau berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka, waktu diperkenalkan kepada saya.Erni kemudian menarik lengan gue untuk mengikutinya sambil bicara kepada Erna, "Pintunya jangan lupa dikunci ya ..." Yang menakjubkan, Erni bukannya mengajak gue ke kamar Inggrid, anaknya, tapi malah masuk ke kamarnya yang agak berantakan. Sebuah ranjang ukuran king size seperti menanti kedatangan kita. Tanpa basa-basi lagi, gue cium Erni. Gue jilatin kuping dan lehernya. Sementara tangan gue memeluk pantatnya keras-keras sambil ngeremes-remes. Tangan gue yang satu lagi langsung nyelusup ke balik dasternya untuk ngeremes-remes teteknya. Erni ketawa kecil ngeliat gue udah begitu nafsu. Dia segera mencopot daster dan CD-nya, lalu membantu gue melepaskan pakaian.Setelah sama-sama polos, dia menarik gue ke atas ranjang. Tanpa memberi kesempatan sedikit juga, dia langsung nindih gue.Dengan gerakan yang sangat agresif dan berpengalaman dia nyium habis bibir gue, ngejilatin badan gue, sementara memeknya digesek-gesek naik-turun di atas kontol gue. Asyik bener. Apalagi jilatannya benar-benar yahud. Dari leher, dada, terus turun sampai ke selangkangan. Biji gue dijilatin, terus ditelen dan diemut-emut dengan lembutnya. Lubang pantat gue juga dijilatin habis. Dan tentu saja, kontol gue jadi santapan utamanya. Mula-mula dijilatin bagian bawahnya, terutama pada lipatan di bawah kepala kontol. Setelah itu dia masukkan kontol gue ke dalam mulutnya: mula-mula cuma kepalanya, batangnya, terus dimasukkin lagi sampai mentok di kerongkongannya. Lalu dia selomot kontol gue seperti anak kecil makan es lilin. Duh asyiknya ...Diservis begitu rupa, gue nggak cuma diem. Tangan gue gerayangan ke sana kemari, melakukan serangan balik. Mula-mula cuma ngelus-elus punggung dan pahanya. Terus ngeremes-remes teteknya. Pindah lagi ke memeknya. Sampai-sampai dia yang awalnya seperti 'mau menang sendiri' jadi pasrah, membiarkan posisi badannya gue puter. Sambil terus ngejilatin dan nyedot-nyedot kontol gue, kaki Erni sekarang seperti ngejepit kepala gue. Berarti, memeknya yang berjembut agak jarang tapi keliatan tebel baget itu menantang di depan mata gue. Tanpa buang-buang waktu, gue selomotin lubang kenikmatan itu. Dan itulah rupanya titik terakhir pertahanan Erni.Belum terlalu lama gue melahap memeknya, Erni tiba-tiba berubah jadi seperti kuda liar nan ganas. Dengan penuh birahi dia memberikan kenikmatan seks yang luar biasa. Dia begitu ganas memberi rangsangan di sekujur badan gue. Dia juga begitu agresif menancapkan lubang memeknya ke kontol gue. Dan dia sungguh-sungguh liar selagi menggoyang-goyangkan pantatnya turun-naik, diputer ke kiri ke kanan, turun-naik ... Kontol gue serasa dikucek-dikucek, dibilas dan diperes -- seperti (mungkin) kalo dimasukkin ke dalam lubang mesin cuci.Permainan seks yang betul-betul heboh itu berakhir dengan semprotan peju gue di dalam mulut Erni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar